Posts

Showing posts from July, 2014

Menutup Senja

Bagaimana mungkin kau menutup senja, tuan? Sedang ia terpajang luas, telukis di lembar langit. Bagaimana mungkin kau menutup senja, tuan? sedang ia bergerak dengan sendirinya Bagaimana kau menutup senja, tuan? Sedang ia hanya sekejap saja dalam penglihatanmu Bagaimana mungkin kau menutup senja, tuan? Sedang ia sedang berdiskusi. Antara siang dan malam Bagaimana mungkin kau menutupnya, tuan? Sedang ia sudah ditakdirkan Bagaimana, tuan?

Ma

Ma... Aku menuis ini karena mengingatmu. Ma, begitulah aku memanggilmu. Segala rasa kucurahkan padamu. Namun aku masih menyimpan yang satu ini ma, cinta.. Semenjak kuliah aku tak lagi bercerita tentang ini padamu. Aku tahu dalam hatimu bertanya-tanya. Mama tahu, anakmu ini sedang mengukir rasa cintanya. Namun tenanglah, cintaku pada mama akan tetap sama. Ma, aku tahu ma, engkau merindukanku. Mama menanti kepulanganku saat ini. Setelah seminggu yang lalu kita bertemu. Ku munculkan diriku dihadapanmu, ku cumbu kedua pipimu. Dan esoknya anakmu ini harus balik lagi kesini, tempat persinggahannya menuntut ilmu. “Kok lama kali pulangnya”? Tanyamu lewat telpon genggam itu. Sabar ya ma.. Aku juga merindukanmu. Ma..maafkan, anakmu ini belum bisa berbuat lebih untukmu. Aku memang sangat-sangat menikmati adanya dirimu. Mama selalu memanjakan diriku. Mengutamakan diriku. Untuk itulah aku mengutamakan dirimu, ma. Mama jangan khawatir jika aku berbuat sesuatu yang lebih dari mama