Kesan Pertama

 Puisiku yang terbit di MedanBisnis edisi 01 Juni 2014

Foto: Zakiyah


Lampiran puisi diatas:

Aku mencintaimu
Aku mencintaimu dalam tulisan yang tak pernah kau baca
Aku mencintaimu dalam suara yang tak mampu kau dengar
Aku mencintaimu dalam bayang yang tak pernah mampu kau lihat
Aku mencintaimu dalam rasa yang tak pernah kau sentuh
Aku mencintaimu dalam tanda-tanda yang tak mampu kau terjemahkan

Sudah selayaknya
Sudah selayaknya bunga mawar yang dipetik angin jatuh ke bumi
Sudah selayaknya daun yang gugur jatuh diatas rerumputan
Sebenarnya, aku malu pada awan
Pada langit yang terlihat dari segala sisi
Aku malu jika harus melukiskan kisah di bawah pohon ini
Aku malu pada  jangkrik yang suaranya singgah dibenakku
Seolah menjawab pertanyaan yang mengobrak-abrik pikiranku
Aku tak ingin jika pertemuan raga mengeringkan dahaga
Melenyapkan suara-suara yang selayaknya berbicara
Sudah seharusnya, aku bertanya kepada Matahari
Mengapa ia mampu menciptakan bayang-bayang walau aku sendiri?

Irama Hujan
Hujan dini hari menciptakan alunan melodi
Menitiskan rintik
yang tak seorang pun tahu hitungannya
Menghasilkan suara
yang tak seorang pun dapat menirunya
Disela angin yang mengiringinya bagai seruling
Menggoyangkan tetumbuhan sambil menari
Menjadi harapan bagi makhluk-makhluk lainnya
Disela petir yang mengiringinya bagai gendangan
Memberikan semangat sekaligus rasa takut
Dengan suara-suara yang bertentangan
Kehidupan ini harus dapat dijadikan arti
Dalam irama hujan sekalipun

#persembahan untuk mama n ayah


Comments

Popular posts from this blog

Mural, Gubrakan Baru Populerkan Seni

Kepada Mereka

Ketika Aku Termangu