Kepada Mereka
Ada kebahagiaan yanag melekat
didalam diri ini saat pertama kali di panggil “Ummi”. Aku selalu memikirkannya,
betapa bahagia menjadi Ummi. Aku senyum-senyum sendiri saat beranjak pulang
dari tempat itu. Setelah mengucap salam tanda berakhirnya pelajaran, mereka
bergegas pulang ke rumahnya masing-masing. Ada yang di jemput orang tuanya, dan
ada juga yang berjalan kaki karena rumahnya tak jauh dari tempat belajar.
Beberapa hari ini aku mengajar sambil belajar mengaji dengan murid-murid kelas dua dan empat. Aku bertemu dengan mereka setiap sore pukul 15.00 hingga pukul 17.00. Aku bersama lima belas murid di dalam kelas.
Anak-anak itu, masih muda.
Umurnya sekitar 8 – 10 tahun. Mulai dari yang paling kecil namanya Nabila
hingga yang paling besar bernama Akbar. Mereka memang memiliki keinginan
masing-masing. Saat aku bertanya cita-cita, mereka semangat menjawab, ingin
menjad pilot, dokter, guru, TNI, Pemain bola,dan ada juga yang ingin menjadi
Ustadz. Tapi, semua itu pasti akan berubah, “pikirku”. Mereka hanya meniru
dengan apa yang diketahuinya saat ini. Seperti aku yang dulu bercita-cita
menjadi guru, tapi kini dengan jurusan yang aku miliki, cita-cita itu pun
berubah.
Memang kadang lelah menghadapi
mereka. Mereka terbilang cukup nakal. Apalagi ini hanyalah belajar mengaji,
yang kadang-kadang dispelekan. Tidak seperti belajar disekolah yang secara
resmi dilakukan. Tapi peraturan disini cukup memberi pelajaran kepada mereka yang
nakal. Apalagi dengan bapak kepala sekolah, yang sering di panggil “Abi” ,
membuat mereka semua merasa takut.
Mereka memang nakal, tapi
semuanya memiliki kemauan belajar. Si Hikmal misalnya, ia
mengaji namun sambil tertawa. Sudah beberapa kali aku menyuruhnya diam, namun
tetap saja tawanya tak henti. Lalu aku menceritakan, pertama kali ayat
Al-Qur’an diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW di gua
Hira. Mereka mendengarkan, begitu juga Hikmal. Ia cukup tahu, sering kali
menjawab pertanyaan yang aku ajukan. Hingga akhirnya ceritaku sampai memberi
saran kepada mereka untuk memahaminya sampai menangis. Tapi yang terjadi malah
menjadi-jadi. Mereka menangis semua. Aku kebingungan. Memang dibuat-buat,
tapiii aku mulai tahu, ohhh bukan begitu cara mengajari mereka..
Comments
Post a Comment