Skip to main content

Liputan di rumah Pak Asvi


Minggu, 19 Oktober sekitar pukul dua siang aku ikut liputan bareng kak Rahma dan bang Haris. Kami menuju rumah Pak Asvi Warman Adam, sejarahwan yang tinggal di daerah Pondok Gede, Bekasi. Aku bekerja hinggga pukul dua belas. Aku langsung izin makan dan sholat. Setelah itu menemui kak Rahma di camstore yang baru saja janjian ketemu pukul satu. Di camstore kami cerita banyak hal, soal pengalamannya di Palembang saat ia bertugas selama 3 bulan.

Kami mencari rumah pak Asvi yang berada di blok B pondok gede, aku lupa nama jalannya apa namun masih daerah Bekasi. Dibundaran Pondok Gede mama kak Rahma sudah menunggu, beliau memberitahu arah jalan. Rumah kak Rahma memang didekat sini, mamanya datang membawa nasi dan lauk untuk kami. 

Akhirnya kami sampai di rumah bapak Asvi. Mama kak Rahma, keponakan beserta driver duduk diteras rumah. Sedangkan aku, kak Rahma dan Bang Haris masuk kedalam, mewawancarai pak Asvi. Kami duduk di pojok kiri. Mataku terpantul melihat buku-buku begitu banyak di rak. Tidak hanya diruangan kami duduk, di kamar juga terdapat beberapa lagi rak buku. Dan buku-buku di meja yang ku sentuh, beberapa judul yang sempat ku baca, semua tentang anak bangsa.

Penghargaan pak Asvi begitu banyak. Aku berhenti sejenak melihat kumpulan penghargaan yang berada di lemari kaca. Saat kunyatakan banyak penghargaan Pak Asvi, ia hanya berkata ya sambil tertawa.

Tiba-tiba mama kak Rahma masuk bersama istri pak Asvi dan beberapa ibu lainnya. Mereka ke arah belakang dan membiarkan kami wawancara. Setelah selesai, istri pak Asvi menyatakan bahwa mama kak Rahma adalah temannya sedangkan istri pak Asvi ialah Kepala Sekolah kak Rahma sewaktu SMP. Kami semua tertawa seolah mengulang kedekatan yang begitu berarti. Memecah kekakuan, menciptakan keakraban. Aku dan bang Haris juga tertawa. Seolah menjadi bagian dari mereka.

Kami pamit pulang karena harus mengejar liputan di Markas TNI mengenai President TNI Awards 2014. Sebelumnya kami berhenti sejenak di Taman Mini Indonesia Indah, untuk membeli minuman. Aku melihat-lihat sekitar Taman Mini, markas TNI tidak jauh dari sini.

Kami tiba di markas TNI. Namun tidak ada acara President TNI Awards itu. Kak Rahma menelepon Koordinator liputan, ternyata memang terdapat kesalahan. Acara president TNI Awards diadakan pada minggu kemarin. Kami duduk dbawah pohon bersama beberapa orang bapak penjaga gerbang. Bercerita mengenai acara yang akan kami liput, mereka mengatakan tidak mungkin diadakan hari ini karena besok acara pelantikan presiden.

Kak Rahma masuk ke mobil, ia menyelesaikan naskah hasil wawancara dengan pak Asvi. Ia harus segera mengirimnya karena sore ini liputan mengenai Pak Asvi akan tayang. Liputan tersebut akan dikolaborasikan dengan beberapa temannya yang juga liputan ke rumah Alm. Gusdur, dll. Hasil liputan dibuat dalam bentuk package. Package merupakan berita yang tayang dengan durasi panjang sekitar dua sampai tiga menit.

Kak Rahma menelepon koordinator liputan, tadinya kami hendak pergi ke Monas. Kalau waktu mencukupi kak Rahma akan Live disana. Namun tidak, waktu sudah pukul empat. Kami mencari Mesjid, melaksankan sholat Ashar lalu makan nasi dan lauk pemberian mama kak Rahma.

Akhirnya kami pergi ke Mesjid Sunda Kelapa, di Jakarta Timur. Kami diperintahkan membantu kak Maulin yang sedang liputan acara Do’a bersama, Dzikir, Katmil Qur’an, dan Tasyakuran mengenai pelantikan Presiden dan Wakil presiden besok. Acara ini dihadiri oleh Pak Jusuf Kalla. Mesjid di penuhi oleh banyak orang dari berbagai daerah. Mereka semua mengenakan baju putih, baik wanita ataupun pria. Aku masuk ke lantai dua. Tidak hanya dihalaman Mesjid saja orang-orang duduk namun didalam Mesjid lebih banyak lagi. Pria berada d ruangan depan sedangkan wanita di bagian belakang. Ruangan ini cukup luas. Aku sholat diantara ibu-ibu yang sedang duduk mendengarkan ceramah. Setelah itu tugasku mencatat isi ceramah dan pidato pak Jusuf Kalla. Sementara kak Rahma sedang bersiap-siap karena akan Live di Headline News pukul 07.00 malam.

Kak Maulin beserta teman-teman shift satu pulang lebih awal. Mereka sudah berada disini sejak pagi. Sedangkan kami menunggu hingga pukul delapan, selesai acara. Kami belum boleh pulang karena kami shift dua. Kami dperintah menuju Cut Mutia dan Suropati. Tempat ini merupakan pertengahan agar mudah kemana nantinya kami akan menuju jika terjadi sesuatu. Kami ngetem disini beberapa saat. Diperjalanan aku diberi tahu rumah dinas pak Jokowi dan rumah ibu Megawati. 

Akhirnya kami bergabung dengan kak Dwininta di depan rumah dinas pak Jokowi di Suropati. Disana terdapat taman berbentuk lingkaran. Namanya taman Suropati. Kalau pagi untuk olahraga katanya, namun malam ini tempat bermain, tempat nongkrong orang sebaya dan sebagainya. Banyak juga para pedagang disini. Aku, kak Rahma dan bang Haris berjalan mengelilingi taman. Kami menginjakkan kaki di area tempat berlari sambil bercerita tentang logat bahasa daerah dan hal lainnya sambil tertawa. Seolah lelah telah pecah di tempat ini, taman Suropati.

Comments

Popular posts from this blog

Reuni SDN 013873

Reuni SDN 013873 Lebaran ke empat tepatnya pada hari Minggu, 11 Agustus 2013 adalah hari yang ditunggu bagi teman-teman alumni sdn 013873 angkatan 2005. Termasuk Aku,  salah satu orang  yang mengharapkan cepat datangnya hari itu. Pelaksanaaan reuni ini dilaksanakan dirumahku. Sekitar pukul 02.00 siang mereka telah tiba di rumah. Acara pun berlangsung hingga pukul 06.00 sore.Setelah dari rumah, kami pergi ke kolam gunung bayu, menghabiskan jajanan ringan sambil menikmati pemandangan sekitar serta orang lalu lalang, menghabiskan canda tawa bersama waktu yang berjalan mengiringi sekitar satu jam, menambah ukhwah, membuat hubungan diantara sesama semakin dekat. Kemudian dilanjutkan ke SDN tercinta, mengenang saat upacara dulu, membersihkan toilet bagi yang terlambat. Wah begitu banyak deh kisah-kisah yang lucu dan menarik. Kebersamaan ini pun tumbuh kembali setelah 8 tahun berlalu. Dari mulai cewek-cewek yang semakin cantik dan anggun: Dari A-Z yaa.... Ama Marini (...

Antusiasme?

Sengau saka gelimpa menerpa sekujur tubuh, menggelimang di antara sel-sel saraf, mengingatkan kembali akan masa itu. Lelah sudah perjalanan ini. Berhari-hari, berbulan-bulan hingga bertahun aku masih tetap seperti ini. Emas itu seakan berada di ujung langit terbang bersama angin dan bersembunyi di balik pelangi. Langkahku ini berat sekali, tak usai hingga saat ini. Aku masih terpaku pada satu kondisi tertentu. Tak mampu melewati jalanan panjang dan berliku. “Antusiasme” Mungkin itu adalah jawaban yang di nanti saat ini. Mungkin juga itu adalah palu pembuka paku pikiranku. Ya..mungkin saja. Namun sampai dimanakah antusiasme itu? Apakah hanya sebuah cerita singkat yang singgah di telinga? Penumbuh motivasi sementara? Dimana letak antusiasme itu? .... Pelajaran saat ini menumpuk di meja belajarku. Buku-buku telah mengantri untuk dibaca. Telah lebih dari 15 tahun yang lalu aku melakukannya. Tak ada kata bosan, ini adalah peraturan. Aku terus melakukannya meski ada rasa keterpa...

Tentang Air Mata

Air mata terlahir dari sebuah zat yang berada jauh tak terlihat. Dibalik pandangan tersimpan air mengalir di dalam raga. Begitu sucinya ia berada disana. Ingin aku menempuhnya, menjadi bagian di dalam naungannya. Ia datang disaat – saat yang mengharukan, menyedihkan, dan menyenangkan. Ia adalah sebuah zat yang hadir dengan perasaan mendalam. Air mata mampu membersihkan hati yang terluka, air mata meredakan jiwa yang lelah, air mata membuat aku jatuh cinta padanya. air mata bekerjasama dengan jiwa dan raga. . Air mata merupakan sebuah tempat ku bercurhat. Mengungkapkan semua rasa padanya. Rasa yang benar-benar aku tak sanggun menyimpannya. Rasa yang tak terbatas. Kadang aku tak kuasa untuk menahannya, tapi air mata datang dengan sendirinya. Saat aku menangis, mimikku tampak dan jiwaku hanyut dalam satu rasa yang erat tak terlihat begitu kuat. Terimaksih air mata, kau mampumembersihkannya hingga aku legaa..